Fakultas Baru di UIN RIL, Antara Seremoni Prasasti dan Realitas Serapan Kerja
RayaPost.com—Bandar Lampung, Menteri Agama Republik Indonesia Prof. K.H. Nasaruddin Umar meresmikan dua fakultas baru di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung: Fakultas Psikologi Islam dan Fakultas Sains dan Teknologi. Prosesi di Gedung Academic & Research Center itu ditandai penandatanganan prasasti simbol resmi berdirinya fakultas baru yang berlandaskan Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2025. Hadir pada hari Jumat siang, 12 September 2025.
Di hadapan civitas akademika, Nasaruddin menekankan pentingnya keseimbangan intelektual dan spiritual. “Generasi baru harus berimbang antara kecerdasan intelektual dan kekuatan spiritual,” ujarnya. Rektor UIN Raden Intan, Prof. Wan Jamaluddin Z, menambahkan, dua fakultas baru ini adalah investasi akademik jangka panjang. Kampus hijau itu kini memiliki delapan fakultas plus pascasarjana S2 dan S3, dengan 47 guru besar yang menopang mutu riset dan pengajaran.
Namun di balik euforia prasasti, ada catatan yang tak bisa diabaikan: kemana lulusan baru ini akan bekerja?
Data yang Mengusik
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, masalah pengangguran terdidik masih membayangi Indonesia. Pada Agustus 2024, jumlah lulusan D4/S1/S2/S3 yang menganggur mencapai 842 ribu orang. Rata-rata lulusan PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) membutuhkan waktu 8–12 bulan untuk mendapatkan pekerjaan tetap, dan sekitar 35 persen bekerja di bidang yang tak sesuai jurusan.
Di Lampung, situasinya lebih kontras. Setiap tahun ada sekitar 30 ribu lulusan kampus, tapi hanya 800 orang yang langsung terserap industri lokal. Artinya, 29 ribu lebih lulusan terpaksa menunggu lebih lama atau bekerja di sektor yang tidak relevan. Data BPS Februari 2025 memang mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan perguruan tinggi hanya 3,6 persen, tapi angka itu bisa menyesatkan. Sebab banyak lulusan “masuk” sektor informal atau pekerjaan serabutan yang tak sesuai kompetensi, sehingga tidak terhitung penganggur, padahal belum benar-benar terserap secara layak.
Antara Ambisi dan Realitas
Rektor UIN Raden Intan menegaskan bahwa tambahan fakultas baru adalah bukti pertumbuhan. Kampus ini memang punya sederet capaian: delapan tahun berturut-turut jadi PTKIN paling hijau versi UI GreenMetric, terbaik nasional dalam THE Impact Rankings 2025, serta memiliki embung dan ribuan biopori yang menjaga lingkungan kampus.
Tetapi pengalaman PTKIN di berbagai daerah memberi peringatan. Fakultas Sains dan Teknologi sering terkendala fasilitas laboratorium minim, dosen terbatas, hingga kurikulum yang kurang relevan dengan kebutuhan industri. Sementara program Psikologi Islam masih mencari pijakan metodologis agar berbeda dari psikologi umum, bukan sekadar label “Islam”.
Jalan Panjang UIN
Ekspansi fakultas memang memberi kebanggaan, tapi sekaligus menempatkan UIN Raden Intan di persimpangan penting. Jika jurusan baru ini tidak disiapkan dengan serius, risikonya jelas: kampus hanya menambah lulusan, sementara dunia kerja tak bertambah luas.
Pertanyaan mendasarnya: apakah kampus akan menyiapkan kurikulum dan riset yang benar-benar demand-driven, menjalin kemitraan erat dengan industri, atau hanya mengejar prestise kelembagaan?
Karena tanpa terobosan nyata, prasasti yang ditandatangani Menag hari itu bisa saja tinggal prasasti belaka megah dalam seremoni, tapi redup ketika diuji oleh data serapan kerja.
