JAKARTA — Ada pesan-pesan yang tak terdengar, tetapi terasa kuat di antara dua tokoh besar bangsa ini: Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri. Tak secara langsung, keduanya saling berkirim salam melalui orang kepercayaan masing-masing. Diam-diam, politik bergerak dalam sunyi.
Silaturahmi politik itu terjadi beberapa waktu lalu, saat Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyambangi kediaman Megawati. Mereka bukan datang kosong. Keduanya membawa pesan khusus dari Prabowo untuk disampaikan langsung kepada Ketua Umum PDI-P tersebut.
“Ya, kami memang diutus menyampaikan beberapa hal dan pesan,” ujar Dasco saat ditemui di Kompleks Parlemen, Kamis (5/6/2025). Namun, isi pesannya? Dasco menolak membuka. “Konfidensial,” katanya singkat, penuh arti.
Di pertemuan itu, Megawati disebut memberikan sejumlah wejangan tentang nilai-nilai Pancasila dan makna kemerdekaan. Tapi bukan Megawati namanya jika tak membalas pesan. Dasco memastikan bahwa ia dan Prasetyo juga pulang membawa titipan balik untuk Prabowo.
Tak jauh berbeda, Prasetyo pun memilih irit bicara. Namun ia sempat mengutip satu kalimat penuh makna dari Megawati untuk Presiden terpilih itu:
“Jaga kesehatan, jagain Pak Prabowo.”
Meski terdengar sederhana, kalimat itu mengandung kehangatan sekaligus sinyal kedekatan yang tak bisa diabaikan. Di sisi lain, Ketua MPR sekaligus Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani juga mengungkap bahwa Prabowo menyampaikan pesan penting: “Kompak-kompak selalulah kira-kira,” ujarnya, sembari menekankan pentingnya menjaga persatuan.
Namun Muzani mengaku belum tahu secara rinci isi pesan balik dari Megawati. “Belum ketemu Pak Dasco,” katanya.
Makna Di Balik Pesan
Pertemuan ini tentu tak lepas dari spekulasi politik yang berkembang. Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, melihat manuver ini sebagai upaya Prabowo menjalin kembali komunikasi strategis dengan PDIP, tanpa harus memutus relasi dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
“Ini sinyal bahwa Prabowo ingin merangkul semua kalangan, termasuk PDIP, tanpa perlu berpisah jalan dari Jokowi,” ujarnya.
Hubungan antara Megawati dan Jokowi memang dikabarkan tak hangat sejak putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo di Pilpres 2024—langkah yang tak mendapat restu dari PDI-P.
Meski hingga kini PDI-P masih berada di luar pemerintahan, pertemuan tersebut menurut Jati bisa jadi sinyal awal. Megawati yang bersedia menerima Dasco dinilai sebagai simbol bahwa pintu komunikasi belum tertutup.
“Pertemuan kemarin bisa dimaknai sebagai bentuk dukungan moril terhadap pemerintah. Bahkan bisa jadi bagian dari persiapan menuju kongres PDIP yang belum juga digelar,” ujar Jati.
Satu hal yang pasti, politik Indonesia hari ini terus bergerak—terkadang dalam pertemuan terbuka, tapi tak jarang dalam pesan rahasia. (*)